kebijakan dan strategi bisnis

6:30:00 AM
Kebijaksanaan adalah merupakan ketentuan yang telah disepakati pihak terkait yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang untuk dijadikan pedoman dan pegangan bagi setiap kegiatan aparatur pemerintah dan masyarakat, agar tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam upaya mencapai sasaran, tujuan, misi dan visi.
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.
Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut.
Contoh berikut menggambarkan perbedaannya, "Strategi untuk memenangkan keseluruhan kejuaraan dengan taktik untuk memenangkan satu pertandingan".
Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk kepentingan militer saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis, olahraga (misalnya sepak bola dan tenis), catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen strategi, dll.
Implementasi dan Kontrol Strategi, Kebijakan, dan Taktik
1.      Agar supaya strategi, kebijakan dan taktik berhasil dilaksanakan perlu struktur organisasi yang sesuai, sumberdaya manusia yang memadai, imbalan yang cukup serta

Paritas Suku Bunga dan Arbitrase Internasional

6:17:00 AM

Definisi Arbitrase secara luas :
Pemanfaatan perbedaan kurs melalui keuntungan bebas resiko.
Contoh :
Ada dua buah toko yang membeli dan menjual uang logam. Jika toko A mau menjual suatu uang logam tertentu seharga $120, sementara Toko B bersedia membeli uang yang sama seharga $130, maka seseorang dapat melakukan arbitrase dengan membeli uang logam tersebut di Toko A seharga $120 dan menjualnya ke Toko B seharga $130. Harga di toko uang logam tersebut berbeda karena kondisi permintaan di berbagai lokasi toko berbeda, jika dua toko uang logam tidak mengetahui harga di toko lain, maka ada peluang untuk arbitrase

Bentuk arbitrase yang dapat dilakukan pada valuta asing dan pasar uang internasional terbagi dalam tiga bentuk umum, yaitu :

1.      Arbitrase Lokasi
Arbitrase Lokasi yaitu proses pembelian mata uang di lokasi tertentu dimana harganya murah dan dengan segera menjual mata uang tersebut pada lokasi lain dengan harga yang lebih tinggi. Keuntungan arbitrase lokal tergantung dari jumlah uang yang digunakan untuk memanfaatkan perbedaan kurs nilai tukar, serta nilai perbedaan tersebut.  Konsep arbitrase lokasi akan relevan karena konsep ini menjelaskan mengapa kurs nilai tukar antar bank pada lokasi berbeda umumnya tidak berbeda jauh. Konsep ini berlaku tidak hanya untuk bank-bank yang berlokasi di jalan yang sama atau dalam kota yang sama namun juga untuk semua bank di seluruh dunia.

manajemen 2.0 di pt nutrifood

9:58:00 PM

Profil perusahaan
Berdiri sejak tahun 1979, Nutrifood memproduksi dan memasarkan berbagai produk makanan dan minuman kesehatan berkualitas internasional dengan berbagai merek terkemuka. Kantor pusat kami berada di Jakarta, dengan jaringan distribusi yang menjangkau lebih dari tiga puluh negara di dunia.
Nutrifood adalah perusahaan yang secara inovatif menginspirasi dan membantu setiap individu untuk mencapai keseimbangan hidup dengan menjalankan pola hidup sehat yang menyenangkan dan memperhatikan asupan nutrisi sehingga dapat menikmati hidup sehat lebih lama
Kegiatan kami didukung oleh tiga pilar:
  1. Produk dan layanan berkualitas
    Nutrifood secara inovatif menyediakan produk dan layanan premium yang bermutu tinggi, memberi kemudahan dan menyenangkan, serta efektif berdasarkan pendekatan ilmiah.
  2. Manajemen yang profesional
    Nutrifood didukung oleh tim ahli yang profesional serta memiliki komitmen tinggi, berpengalaman dan inovatif dalam memaksimalkan kualitas produk dan layanan
  3. Program yang melibatkan pemangku kepentingan
    Nutrifood secara inovatif dan proaktif melakukan edukasi dan promosi gaya hidup sehat dan bernutrisi yang melibatkan pemangku kepentingan utama (Key stakeholders).

Visi & Misi
Nutrifood berusaha untuk menjadi pioneer dan pemimpin pasar dalam memberikan solusi atau cara yang tepat kepada pelanggan kami untuk meraih kehidupan yang lebih sehat, lebih nikmat dan penuh arti, baik untuk saat ini maupun di masa mendatang.

usulan penelitian kualitatif

7:48:00 AM
PENDAHULUAN
            Hampir dapat dipastikan bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya yang memadai. Implikasi diberlakukannya kebijakan desentralisasi pendidikan, membuat para pengambil keputusan sering kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan referensi tentang komponen pembiayaan pendidikan. Kebutuhan tersebut dirasakan semakin mendesak sejak dimulainya pelaksanaan otonomi daerah yang juga meliputi bidang pendidikan.Apalagi masalah pembiayaan ini sangat menentukan kesuksesan program yang saat ini diberlakukan.
            Secara umum pembiayaan pendidikan adalah sebuah kompleksitas, yang didalamnya akan terdapat saling keterkaitan pada setiap komponennya, yang memiliki rentang yang bersifat mikro (satuan pendidikan) hingga yang makro (nasional), yang meliputi sumber-sumber pembiayaan pendidikan, sistem dan mekanisme pengalokasiannya, efektivitas dan efisiensi dalam penggunaanya, akuntabilitas hasilnya yang diukur dari perubahan-perubahan
yang terjadi pada semua tataran, khususnya sekolah, dan permasalahanpermasalahan yang masih terkait dengan pembiayaan pendidikan, sehingga diperlukan studi khusus untuk lebih spesifik mengenal pembiayaan pendidikan ini.
            Pemberlakuan sistem desentralisasi akibat pemberlakuan Undang- Undang No.22 Tahun 1999 tentang otonomi pemerintahan daerah, member dampak terhadap pelaksanaan pada manajemen pendidikan yaitu manajemen yang memberi ruang gerak yang lebih luas kepada pengelolaan pendidikan untuk menemukan strategi berkompetisi dalam era kompetitif mencapai output pendidikan yang berkualitas dan mandiri. Kebijakan desentralisasi akan berpengaruh secara signifikan dengan pembangunan pendidikan. Setidaknya ada  4 dampak positif untuk mendukung kebijakan desentralisasi pendidikan, yaitu :   1) Peningkatan mutu, yaitu dengan kewenangan yang dimiliki sekolah maka sekolah lebih leluasa mengelola dan memberdayakan potensi sumber daya yang dimiliki; 2) Efisiensi Keuangan, hal ini dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber pajak lokal dan mengurangi biaya operasional; 3) Efisiensi Administrasi, dengan memotong mata rantai birokrasi yang panjang dengan menghilangkan prosedur yang bertingkat-tingkat; 4) Perluasan dan pemerataan, membuka peluang penyelenggaraan pendidikan pada daerah pelosok sehingga terjadi perluasan dan pemerataan pendidikan
            Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan/kemadirian, yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan merdeka/tidak tergantung. Kemandirian dalam program dan pendanaan merupakan tolok ukur utama kemadirian sekolah. Pada gilirannya, kemandirian yang berlangsung secara terus menerus akan menjamin kelangsungan hidup dan
perkembangan sekolah. Istilah otonomi juga sama dengan istilah “swa”, misalnya swasembada, swadana, swakarya, dan swalayan2. Jadi otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan
 spirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan sendiri beradasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Tentu saja kemandirian yang dimaksud harus didukung oleh sejumlah kemampuan, yaitu kemampuan mengambil keputusan yang terbaik, kemampuan berdemokrasi/ menghargai perbedaan pendapat,
kemampuan memobilisasi sumberdaya, kemampuan memilih cara pelaksanaan  yang terbaik, kemampuan berkomunikasi dengan cara yang efektif, kemampuan memecahkan persoalan-persoalan sekolah, kemampuan adaptif dan antisipatif, kemampuan bersinergi dan berkolaborasi, dan kemampuan memenuhi kebutuhan sendiri.
            Otonomi pendidikan di era otonomi daerah, di samping untuk memberikan otonomi kepada daerah dalam pengelolaan pendidikan, juga memberikan otonomi yang lebih luas kepada sekolah dalam pengelolaan pendidikan yang kemudian diperkuat dengan turunnya PP 19 tahun 2005 yang menyatakan bahwa sekolah pada semua jenjang dan tingkatan di Indonesia menggunakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS merupakan suatu model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/keluwesan kepada sekolah dan mendorong partisipasi langsung warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku5. Dengan otonomi tersebut, sekolah diberikan kewenangan untuk mengambil keputusan sesuai dengan keinginan dan tuntutan sekolah serta masyarakat atau stakeholder. Dengan otonomi yang lebih besar sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya
            Salah satu sekolah yang telah melaksanakan pembiayaan pendidikan berdasarkan manajemen berbasis sekolah adalah SMK xxx, hal tersebut diperkuat dengan prestasi yang diperoleh SMK xxx yakni penghargaan Sertifikat ISO 9001:2000. Penyerahan penghargaan ini dilakukan oleh perwakilan dari USR selaku pelaksana ISO Award kepada Walikota, Drs. deni Suparto, M.AP dan diteruskan kepada Kepala sekolah. ISO 9001:2000 merupakan salah satu syarat untuk peningkatan status sekolah menjadi standar Internasional. Pemberian penghargaan tersebut didasarkan atas pelaksanaan manajemen sekolah yang baik dan serius sehingga tercapai kesejahteraan dan peningkatan mutu SDM yang ada si sekolah tersebut serta menghasilkan output siswa yang siap direkrut oleh dunia kerja
            Dari rangkaian latar belakang permaslahan diatas, maka peneliti berinisiatif untuk mengambil judul “PEMBIAYAAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STRATEGI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SMK XXX

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pembiayaan pendidikan berdasarkan strategi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMK XXX ?
2. Bagaimanakah peluang dan tantangan pembiayaan pendidikanberdasarkan strategi Manjemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMK XXX ?

C. Tujuan penelitian
Berdasarkan dua rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pembiayaan pendidikan berdasarkan strategi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMK XXX
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan peluang dan tantangan dalam pembiayaan pendidikan berdasarkan strategi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMK XXX
D. kegunaan penelitian
Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberi gambaran pada cara pembiayaan pendidikan beradasarkan strategi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
2. Memberi kontribusi pada cara pemahaman konsep pembiayaan berdasarkan strategi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).










TINJAUAN PUSTAKA

A. PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

1. Pengertian Pembiayaan Pendidikan
            Biaya (cost) merupakan salah satu komponen masukan (instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dalam hal ini, biaya dapat diartikan sebagai semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan. Secara bahasa biaya (cost) dapat diartikan pengeluaran, dalam istilah ekonomi, biaya/pengeluaran dapat berupa uang atau bentuk moneter lainnya. Biaya pendidikan dapat juga diartikan sebagai semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakan dengan uang
            Pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan penerapan pengelolaan pendidikan, lebih terasa lagi dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana ecara transparan kepada masyarakat

2. Jenis-Jenis Pembiayaan Pendidikan.
            Dalam teori dan praktek pembiayaan pendidikan, baik pada tataran makro (nasional) dan mikro (sekolah), dikenal jenis-jenis biaya pendidikan yakni biaya langsung (direct cost) dan tak langsung (indirect cost), biaya pribadi (private cost) dan biaya sosial (social cost), biaya
dalam bentuk uang (monetary cost) dan biaya bukan dalam bentuk uang (non-monetray cost). Sedangkan menurut sumbernya, biaya pendidikan tergolong atas biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah, biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat orang tua/wali siswa, biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat bukan orang tua/ wali siswa, dan lembaga pendidikan itu sendiri.

3. Sumber-sumber Pembiayaan Pendidikan
            Menurut Harsono, biaya pendidikan tergolong atas biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah, biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat orang tua/wali siswa, biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat bukan orang tua/ wali siswa, dan lembaga pendidikan itu sendiri20. Sedangkan menurut Dedi Supriadi, sumber-sumber biaya terbagi
atas biaya pendidikan pada tingkat makro (nasional) dan biaya pendidikan pada tingkat mikro (sekolah). Biaya pada tingkat makro berasal dari:
a. Pendapatan negara dari sektor pajak
b. Pendapatan dari sektor non-pajak misalnya dari pemanfaatan sumber daya alam dan produksi nasional lainnya yang lazim dikategorikan ke dalam gas dan non-migas
c. Keuntungan dari sektor barang dan jasa
d. Usaha-usaha negara lainnya, termasuk dari divestasi saham pada perusahaan negara (BUMN)
e. Bantuan dalam bentuk hibah dan pinjaman luar negeri.

Sedangkan biaya pada tingkat mikro (sekolah), berasal dari subsidi pemrintah pusat, pemerintah daerah, iuran siswa, dan sumbangan masyarakat.

Kerangka Berpikir
            Sejak digulirkan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang berlaku 1 Januari 2001, wacana desentralisasi pemerintahan ramai dikaji. Pendidikan termasuk bidang yang didesentralisasikan ke pemerintah kota/kabupaten. Melalui desentralisasi pendidikan diharapkan permasalahan pokok pendidikan yaitu masalah mutu, pemerataan, relevansi, efisiensi dan manajemen, dapat terpecahkan. Cukupkah desentralisasi pendidikan pada tingkat pemerintah kota/kabupaten? Pengalaman berbagai negara menunjukkan bahwa desentralisasi pendidikan tidak cukup hanya pada tingkat kota/kabupaten. Desentralisasi pendidikan untuk mencapai otonomi pendidikan yang sesungguhnya harus sampai pada tingkat sekolah secara individual.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan untuk meningkatkan kinerja sekolah melalui pemberian kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip tata sekolah yang baik yaitu partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Peningkatan kinerja sekolah yang dimaksud meliputi peningkatan kualitas, efektivitas, efisiensi, produktivitas, dan inovasi pendidikan (Depdiknas, 2007 : 16).
            MBS memiliki unsur pokok sekolah (constituent) memegang kontrol yang lebih besar pada setiap kejadian di sekolah. Unsur pokok sekolah inilah yang kemudian menjadi lembaga non-struktural yang disebut komite sekolah sekolah yang anggotanya terdiri dari guru, kepala sekolah, administrator, orang tua, anggota masyarakat dan murid.






















analisis lingkungan eksternal bank central asia ( BCA )

7:45:00 AM

Bank Central Asia

·        Visi
Visi dari Bank BCA Adalah Bank pilihan utama andalan masyarakat, yang berperan sebagai pilar penting perekonomian Indonesia.
·        Misi
1.      Membangun institusi yang unggul di bidang penyelesaian pembayaran dan solusi keuangan bagi nasabah bisnis dan perseorangan
2.      Memahami beragam kebutuhan nasabah dan memberikan layanan financial yang tepat demi tercapainya kepuasan optimal bagi nasabah.
3.      Meningkatkan nilai franchais dan nilai stakeholder BCA

·        Analisis lingkungan eksternal

External factor
Weight
rating
Weight score
comments
Opportunity ( kesempatan )
1.      tekad pemerintah
0.07
2
0.14
Sejalan dengan tekad pemerintah yang terus mengembangkan perekonomian Indonesia
2.      pola hidup masyarakat yang konsumtif
0.1
3
0.3
Kecenderungan pola hidup masyarakat yang konsumtif, merupakan salah satu peluang yang perlu dicermati untuk meningkatkan jenis produk jasa kredit perbankan dan kualitas pelayanan bagi nasabah
3.      Kecepatan kemajuan teknologi informasi
0.1
3
0.3
Kecepatan kemajuan teknologi informasi sangat mendukung komitmen BCA untuk mempermudah pelayanan demi meningkatkan kepuasan nasabah.
4.      Jaringan yang luas
0.09
3
0.27
Jaringan yang luas dari kantor cabang dan kantor cabang pembantu di seluruh Indonesia
5.      Jaringan atm yang besar
0.11
3
0.33
Per 31 Maret 2011 telah memiliki sekitar 7.555 ATM tunai maupun non-tunai serta ATM Setoran Tunai yang disediakan di berbagai lokasi strategis di seluruh Indonesia.
6.      Mempunyai produk yang  inovatif  dan memenuhi kebutuhan secara akurat
0.1
3
0.3
Dalam mengembangkan produk dan jasa yang bca tawarkan mempertimbangkan kebutuhan nasabah yang selalu berubah. Lebih jauh lagi terus menyempurnakan setiap produk atau jasa dengan menambahkan berbagai fitur baru untuk meningkatkan kenyamanan nasabah dalam menggunakannya. KlikBCA Individual Internet banking, m-BCA mobile , KlikBCA Bisnis dan BCA Bizz
7.      Pengamanan (Security)
0.08
3
0.24
BCA saat ini memiliki dua mainframe di dalam negeri. Karena setiap transaksi ditangani secara mirroring pada kedua mainframe tersebut,. BCA juga memiliki mainframe yang berfungsi sebagai Disaster Recovery Center di Singapura,




Threat  (hambatan )
8.      Perkembangan dunia bisnis
0.07
2
0.14
Perkembangan dunia bisnis semakin kompleks dengan tingkat persaingan yang tinggi ditengah kondisi perekonomian Indonesia yang terus bergejolak dan tingkat inflasi yang cukup tinggi.
9.      Selera masyarakat
0.06
2
0.12
Masyarakat cenderung meminati layanan perbankan yang simple dan menawarkan berbagai macam fleksibilitas serta berbagai macam hadiah yang menggiurkan.
10.  Tingkat inflasi
0.06
2
0.12
Tingkat inflasi yang terus meningkat mengurangi minat masyarakat untuk menyimpan uang di bank.
11.  saldo awal terlalu tinggi
0.06
1
0.06
saldo awal mungkin terlalu mahal bagi sebagian masyarakat yang mencapai  Rp 500.000

12.  Antrian pada saat  setoran
0.05
1
0.05
Antrian yang diniali terlalu panjang  yang dapat mengakibatkan nasabah malas
13.  Pelayanan kurang ramah
0.05
1
0.05
Banyak yang mengeluhkan  pelayanan pada saat melakukan complain  tidak baik
Jumlah
1

2.42







PELATIHAN & PENGEMBANGAN TENAGA KERJA

12:03:00 PM
Sasaran :
Membedakan pelatihan dan pengembangan
Menerangkan tujuan pelatihan dan pengembangan
Menguraikan teori koneksionisme dan kognitif
Menjelaskan 6 tahap penyusunan program pelatihan & pengembangan
Menguraikan penilaian efektifitas program pelatihan & pengembangan

Pendahuluan

Bagian ini merupakan aplikasi dari penggunaan prinsip umum dari psikologi yaitu prinsip pembelajaran. Dalam arti setelah karyawan diterima maka pengetahuan sikap dan keterampilan masih perlu untuk disesuaikan dengan yang diperlukan perusahaan, perkembangan teknologi menyebabkan timbulnya mesin-mesin baru yang lebih canggih diperlukan adanya penyesuaian penguasaan alat untuk mengoperasikannya.

Pengertian

Pelatihan adalah proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir, sehingga tenaga nonmanajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis untuk tujuan tertentu.

Pengembangan adalah proses pendidikan jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir sehingga tenaga kerja nonmanajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan yang umum

Tujuan dari pelatihan dan pengembangan
1. meningkatkan produktivitas :pelatihan dapat meningkatkan prestasi untuk berproduksi
2. meningkatkan mutu : pengetahuan dan keterampilan dapat mengurangi eror kerja
3. meningkatkan ketepatan dalam perencanaan SDM : mendapatakn SDM yang sesuai
4. meningkatkan semangat kerja : iklim menjadi lebih kondusif jika diberi pelatihan
5. menarik dan menahan karyawan yang berkualitas : implikasinya adalah kenaikan karir
6. menjaga kesehatan dan keselamatan kerja
7. menghindari keusangan
8. sebagai personal growth

Prinsip Pembelajaran

Pembelajaran merupakan dasar dari perilaku manusia Belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen yang dihasilkan melalui latihan dan pengalaman, sebagai hasil dari merespon stimulus.

Teori koneksionisme dasarnya adalah keterkaitan antara stimulus dan respon. Pembelajaran diartikan sebagai suatu pengembangan perilaku sebagai hasil dari respon individu terhadap stimulus. Yang perlu untuk diberi penguatan (reinforcement), diperlukan adanya upaya penghindaran, pemadaman atas perilaku yang tidak diharapkan, diperlukan adanya reward dan punishment.

Teori cognitive merupakan prinsip pembelajaran yang menekankan pada proses kesadaran akan pemahaman dan pengenalan. Dengan penstrukturan kembali persepsi akan menghasilkan pemahaman, yang merupakan ciri dari suatu kegiatan intelektual. Perilaku manusia ditentukan melalui stimulus dengan pengantara cognitif akan menghasilkan respon.

Konsep pembelajaran

Agar proses pembelajaran dapat menjadi efektif maka diperlukan adanya suatu konsep dari pembelajaran.

Motivasi : secara umum pembelajaran dapat berjalan secara efektif jika ada motivasi untuk belajar, karena itu diperlukan adanya insentif agar seseorang mau belajar. Penguatan positif : suatu kejadian yang meningkatkan perilaku maka akan diulangi kembali. Pengetahuan tentang hasil : dengan mengetahui hasil yang didapatkan maka peserta dapat fokus pada apa yang belum dikuasainya. Experiential learning : pembelajaran memerlukan adanya praktek dan penghayatan. Transfer of training : pelatihan harus memberikan efek adanya pengembangan sebagai indikator atas adanya pemidahan pengetahuan dalam training.

Aturan pembelajaran

Untuk melancarkan proses pembelajaran harus ada aturan yang perlu diperhatikan.

Aturan pembentukan asosiasi
1. perlu sering adanya pengulangan
2. perlu adanya perhatian dan minta
3. pengulangan bersifat distributif
4. prinsip pembelajaran keseluruhan
5. pengulangan aktif dengan membaca keras lebih efektif
6. STM bisa menurun dengan cepat
7. memori menjadi lebih baik dengan metode pengelempokan
Hal yang membantu pembelajaran selektif
1. menggunakan metode seleksi positif
2. pengetahuan tentang hasil adalah pokok untuk seleksi
3. hubungan causa dibuat jelas dan berarti
4. diperlukan adanya instruksi yang baik

Memperhatikan pembedaan penginderaan
Sejauh mana kemampuan penginderaan (pengelihatan, pendengaran, dll) dari trainee untuk membedakan rangsang penginderaan.

Penyusunan program pelatihan/pengembangan

1. identifikasi kebutuhan pelathihan atau studi pekerjaan
Miner (1992) mengembangkan ada 4 macam keterampilan yang pada umumnya diberikan dalam pelatihan : a. Knowledge based skill ( keterampilam yang berbasis pada pengetahuan yang dikuasai misalnya training untuk menjalani pekerjaan sebagai customer service) ; b. Singular behavior skill ( kecakapan perilaku kerja yang sederhana misalnya senyum dalam melayani cutomer) ; c. Limited interpersonal skill (kemampuan interpersonal terbatas misalnya cara mendelegasikan tanggung jawab terhadap bawahan) ; d. Social interactive skills (keterampilan sosial-interaktif misalnya kemampuan untuk memanage konflik, kepemimpinan yang efektif).

2. Penetapan sasaran
Sasaran dibagi menjadi dua yaitu sasaran umum, yang masing-masing dibedakan lagi menjadi sasaran pelatihan (adanya pengenalan prinsip-prinsip umum yang dapat digunakan dalam situasi kerja sehari-hari) dan sasaran bagi subjek (setelah mengikuti pelatihan karyawan menampilkan perilaku kerja yang seusai dan yang didapatkannya dari pelatihan). Sasaran khusus; sasaran kognitif (peserta memahami dan mampu mengidentifikasi), sasaran afektif (peserta menunjukkan adanya kesediaan), sasaran psikomotor (penguasaan motorik dalam menjalani pekerjaan misalnya mengetik).

3. Penetapan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya
Jika sebagaian besar trainee menunjukkan adanya penguasaan, maka dapat disimpulkan proses pelatihan efektif. Untuk mengetahui adanya penguasaan yang meningkat, sebelum pelatihan dilakukan ujian tentang taraf penguasaan trainee (pre-test), dan dibandingkan dengan hasil ujian yang diberikan setelah pelatihan diberikan, kemudian dihitung taraf kontribusinya.

4. Penetapan meotde pelatihan
a. kuliah : untuk biaya yang rendah dan waktu yang cukup singkat
b. konprensi : pengembangan pengertian dan pembentukan sikap baru melalui diskusi
c. studi kasus : untuk melatih daya fikir yang analitis
d. bermain peran : pemahaman mengenai pengaruh perilaku melalui sandiwara
e. bimbingan terencana : urutan langkah yang menjadi pedoman kerja
f. simulasi : melatih dalam kondisi kerja buatan yang mirip dengan kondisi kerja asli
5. Percobaan dan riset
Setelah kebutuhan pelatihan, sasaran pelatihan ditetapkan, kriteria keberhasilan dan alat ukurnya dikembangkan, bahan untuk latihan dan metode latihan disusun dan ditetapkan maka langkah berikutnya adalah melakukan uji coba paket penelitian.

Model penilaian efektifitas dari program pelatihan/pengembangan

Tujuannya adalah knowledge transfer dan efektivitas program dirumuskan dalam “apakah tercapainya sasaran pelatihan menghasilkan peningkatan unjuk kerja pada pekerjaan?. Sacket dan Mullen (1993) tujuan evaluasi program dibagi dua : aspek perubahan dan aspek tingkat unjuk kerja yang dicapai.

Model reaksi dari trainee
Adanya penilaian dari peserta sebagai umpan balik terhadap program

Model after-only dan before-only
Didasarkan pada hasil tes yang dilakukan setelah pelatihan diberikan (after)
Didasarkan pada hasil tes yang dilakukan sebelum pelatihan diberikan (before)
Didasarkan pada hasil tes sebelum dan sesudah pelatihan diberikan (before- after)

Model implikasi bagi karyawan
Dengan pelatihan kontribusi karyawan menjadi bertambah, maka implikasinya adalah harus ada imblan seperti kenaikan karir atau gaji.

Kisah Sukses Lee Myung Bak

11:52:00 AM


Jika kita sering mendengarkan filosofi “Success is My Right”, yakni sukses adalah hak milik siapa saja, barangkali kisah yang dialami presiden terpilih Korea Selatan ini mampu menjadi contoh nyata. Lee Myung-bak yang baru saja memenangkan pemilu di Korea ternyata punya masa lalu yang sangat penuh derita. Namun, dengan keyakinan dan perjuangannya, ia membuktikan, bahwa siapa pun memang berhak untuk sukses. Dan bahkan, menjadi orang nomor satu di sebuah negara maju layaknya Korea Selatan.
Coba bayangkan fakta yang dialami oleh Lee pada masa kecilnya ini. Jika sarapan, ia hanya makan ampas gandum. Makan siangnya, karena tak punya uang, ia mengganjal perutnya dengan minum air. Saat makan malam, ia kembali harus memakan ampas gandum. Dan, untuk ampas itu pun, ia tak membelinya. Keluarganya mendapatkan ampas itu dari hasil penyulingan minuman keras. Ibaratnya, masa kecil Lee ia harus memakan sampah.

Terlahir di Osaka, Jepang, pada 1941, saat orangtuanya menjadi buruh tani di Jepang, ia kemudian besar di sebuah kota kecil, Pohang, Korea. Kemudian, saat remaja, Lee menjadi pengasong makanan murahan dan es krim untuk membantu keluarga.“Tak terpikir bisa bawa makan siang untuk di sekolah,”sebut Lee dalam otobiografinya yang berjudul “There is No Myth,” yang diterbitkan kali pertama pada 1995.
Namun, meski sangat miskin, Lee punya tekad kuat untuk menempuh pendidikan tinggi. Karena itu, ia belajar keras demi memperoleh beasiswa agar bisa meneruskan sekolah SMA. Kemudian, pada akhir 1959, keluarganya pindah ke ibukota, Seoul, untuk mencari penghidupan lebih baik. Namun, nasib orangtuanya tetap terpuruk, menjadi penjual sayur di jalanan. Saat itu, Lee mulai lepas dari orangtua, dan bekerja menjadi buruh bangunan. “Mimpi saya saat itu adalah menjadi pegawai,” kisahnya dalam otobiografinya.
Lepas SMA, karena prestasinya bagus, Lee berhasil diterima di perguruan tinggi terkenal, Korea University. Untuk biayanya, ia bekerja sebagai tukang sapu jalan. Saat kuliah inilah, bisa dikatakan sebagai awal mula titik balik kehidupannya. Ia mulai berkenalan dengan politik. Lee terpilih menjadi anggota dewan mahasiswa, dan telibat dalam aksi demo antipemerintah. Karena ulahnya ini ia kena hukuman penjara percobaan pada 1964. Vonis hukuman ini nyaris membuatnya tak bisa diterima sebagai pegawai Hyundai Group. Sebab, pihak Hyundai kuatir, pemerintah akan marah jika Leediterima di perusahaan itu. Namun, karena tekadnya, Lee lantas putar otak. Ia kemudian membuat surat ke kantor kepresidenan. Isi surat bernada sangat memelas, yang intinya berharap pemerintah jangan menghancurkan masa depannya. Isi surat itu menyentuh hati sekretaris presiden, sehingga ia memerintahkan Hyundai untuk menerima Lee sebagai pegawai.
Di perusahaan inilah, ia mampu menunjukkan bakatnya. Ia bahkan kemudian mendapat julukan “buldozer”, karena dianggap selalu bisa membereskan semua masalah, sesulit apapun. Salah satunya karyanya yang fenomonal adalah mempreteli habis sebuah buldozer, untuk mempelajari cara kerja mesin itu. Di kemudian hari, Hyundai memang berhasil memproduksi buldozer.

Kemampuan Lee mengundang kagum pendiri Hyundai, Chung Ju-yung. Berkat rekomendasi pimpinannya itu, prestasi Lee terus melesat. Ia langsung bisa menduduki posisi tertinggi di divisi konstruksi, meski baru bekerja selama 10 tahun. Dan, di divisi inilah, pada periode 1970-1980 menjadi mesin uang Hyundai karena Korea Selatan tengah mengalami booming ekonomi sehingga pembangunan fisik sangat marak.
Setelah 30 tahun di Hyundai, Lee mulai masuk ke ranah politik dengan masuk jadi anggota dewan pada tahun 1992. Kemudian, pada tahun 2002, ia terpilih menjadi Wali Kota Seoul. Dan kini, tahun 2007, Lee yang masa kecilnya sangat miskin itu, telah jadi orang nomor satu di Korea Selatan. Sebuah pembuktian, bahwa dengan perjuangan dan keyakinan, setiap orang memang berhak untuk sukses.
Keberhasilan hidup Lee, mulai dari kemelaratan yang luar biasa hingga menjadi orang nomor satu di Korea Selatan, adalah contoh nyata betapa tiap orang bisa merubah nasibnya. Jika orang yang sangat miskin saja bisa sukses, bagaimana dengan kita? Mulailah dengan keyakinan, perjuangan, dan kerja keras, maka jalan sukses akan terbuka bagi siapapun.

Sumber: www.ceritadanwarta.com
Powered by Blogger.